Kolaborasi Telkom University dan Guru PAUD: Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak

Kolaborasi Telkom University dan Guru PAUD: Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak

Pendidikan seksualitas yang baik seharusnya menjadi hak bagi setiap individu di Indonesia, khususnya pada siswa guna memenuhi poin SDGs No. 4 yakni Quality Education. Tidak hanya bagi usia sekolah wajib, namun sejak usia dini, anak-anak juga hendaknya ‘melek’ akan pentingnya edukasi seksualitas. Adanya proses transfer knowledge dalam proses pembelajaran yang komperhensif antara guru dengan siswa membutuhkan pemanfaatan literasi media digital sehingga pengaplikasiannya menjadi tepat dan efisien.

Selaras dengan pentingnya hal tersebut, Tim ABDIMAS Ilmu Komunikasi Telkom University melaksanakan pengabdian masyarakat berupa pelatihan “Pentingnya Pendidikan Seksualitas Sejak Dini yang Komperhensif di Era Digital” yang dilaksanakan di KB/TK PAUD Nurnaima, Kecamatan Bojongloa Kaler, Bandung, Jawa Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta guru dari berbagai PAUD/TK yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler, pada hari Kamis (30/05/2024). Kegiatan pelatihan ini diisi oleh 3 orang pemateri yang merupakan dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Ilmu Sosial Telkom University.

Pemateri 1, Anggian Lasmarito Pasaribu, S.I.Kom, M.A. mengungkapkan bahwa seksualitas masih menjadi hal yang tabu untuk didiskusikan kepada anak. Atas dasar tersebut, kebanyakan dari generasi orang tua akan mengganti nama-nama bagian tubuh atau fase pubertas menjadi nama lain agar terkesan lebih sopan, seperti menstruasi diganti menjadi ‘datang tamu bulan’. Fenomena ini menunjukkan bahwa masih cukup banyak  orang tua yang tidak memberi ruang kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi tubuh mereka.

            Salah satu cara untuk memberi ruang adalah sebagai orang tua dan guru, mereka harus terbuka untuk mendiskusikan seksualitas secara lengkap berdasarkan jenjang umur agar ilmu yang disampaikan tepat sasaran. Anggian menyampaikan bahwa anak usia dini dapat dibimbing untuk mengenal bagian-bagian anggota tubuh perempuan dan laki-laki, dan memahami bagian anggota tubuh mereka mana saja yang tidak boleh disentuh dan/atau diperlihatkan kepada orang lain kecuali orang tua guna menanamkan boundaries sejak kecil.

            Lebih lanjut, pemateri 2, Alila Pramiyanti, Ph.D. menyampaikan bahwa sebagai generasi yang hidup di era integrasi new media, tentu gadget menjadi barang yang penggunaannya signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Terpaan layar gadget yang sangat besar pada anak mengakibatkan dampak negatif. Salah satunya, anak akan menjadi pribadi yang agresif. Jika penggunaan gadget tidak dipantau oleh orang tua, anak dapat mengakses sesuatu yang tidak sesuai dengan umur mereka. Dengan demikian, diperlukan penerapan screen time dan ‘diet’ gadget untuk meminimalisir adanya dampak negatif.

            Pada materi penutup yang disampaikan oleh Dindin Dimyati, S.Sos., M.M. selaku pemateri 3 mengangkat pentingnya literasi media digital, khususnya kepada guru dari berbagai TK/PAUD yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler. Dengan memanfaatkan literasi media digital dengan baik, diharapkan tenaga ajar dapat memaksimalkan proses belajar mengajar pendidikan seksualitas terhadap anak usia dini di lingkungan keluarga dan sekolah secara komperhensif.

            Tak cukup sampai materi saja, selanjutnya tim ABDIMAS membuka diskusi tanya jawab kepada peserta. Diskusi ini digunakan sebagai wadah sharing antara satu dengan yang lain mengenai kasus yang dialami mereka ketika mengajar. Menariknya, diskusi tanya jawab diperkaya oleh solusi yang diberikan oleh peserta lain terhadap peserta yang bertanya. Antusiasme peserta melambung tinggi sesaat peserta lain juga mengungkapkan pengalaman yang serupa.

            Kegiatan pengabdian ini mendapatkan respon yang baik dan positif dari para peserta, antusiasme dari peserta juga sangat besar pada kegiatan ini dan berharap ada keberlanjutan dari kegiatan pelatihan yang telah diberikan. Harapannya, kegiatan ini juga nantinya dapat dilaksankaan kembali dan bukan hanya mengundang pihak guru-guru saja namun juga melibatkan peranan pihak lain seperti orang tua atau dinas pendidikan agar nantinya edukasi mengenai seksualitas sejak dini kepada anak dapat betul-betul masuk ke dalam kurikulum pendidikan formal anak sebagai salah satu upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *